Jumat, 18 November 2016

ARTIKEL KEBUDAYAAN

Nama : Damar Amanda Rizky
Kelas: 1EA03
NPM : 11216670



ARTIKEL TENTANG KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA SEPERTI BATIK, REOG DAN TARI PENDET


Indonesia memiliki banyak beraneka ragam kebudayaan yaitu kebudayaan etnik dan kebudayaan asing, sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia sejak sumpah Pemuda, atau sejak Indonesia merdeka, sehingga kebudayaan yang ada sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda saat ini, agar kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia selalu terlihat dan dipandang oleh negara lain bahwa betapa banyaknya kesenian budaya yang telah dilestarikan dan dibudayakan oleh bangsa kita.
Sebagai contoh dari adanya kebudayaan di Indonesia diantaranya seperti kesenian Batik, kesenian Reog, dan kesenian Tari Pendet. Kebudayaan tersebut sangat khas dan terkenal di Indonesia. Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan dan Intelektualitas masyarakatnya. Indonesia sebagai bangsa yang plural dengan ragam kebudayaannya mampu menarik perhatian dunia salah satu warisan budaya tersebut adalah batik. Kesenian batik merupakan seni membuat motif desain berupa gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Batik yang merupakan budaya asli bangsa Indonesia adalah salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan dan dikembangkan terus menerus yang menyimpan berbagai kearifan yang mengakar secara substansial dari sisi ornamentasi keselarasan, proses pembuatannya, hingga cara mengapresiasikannya, keunikan, motif, serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan yang sangat luar biasa khususnya bagi kekayaan seni budaya Indonesia dan belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan rancangan motif yang unik pada batik seperti yang dimiliki bangsa Indonesia.
Di Indonesia bahkan di dunia Internasional batik telah memiliki tempat dihati masyarakat. Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah daerah yang terkenal akan kerajinan produk batiknya. Hal ini disebabkan oleh sejarah batik tersebut, yang merupakan budaya yang lahir dari keajaiban-keajaiban kuno di Jawa dan berkembang pesat di daerah tersebut hingga sekarang. Seiring perkembangan waktu batik menjadi tradisi turun-temurun. Jadi desain batik juga beragam begitu juga dengan model batik dan kini batik pun telah beranjak dipakai oleh orang dari berbagai lapisan masyarakat.
Sejarah kesenian batik di Indonesia berhubungan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram. Pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik di Indonesia ini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Yang lama kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Kemudian, batik yang sebelumnya hanya pakaian biasa keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Adapun bahan-bahan pewarna yang dipakai, yaitu terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang di buat sendiri diantaranya dari indigo, tarum, nila, soga, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Oleh karena itu, begitu indahnya kebudayaan seperti batik yang dimiliki Indonesia dengan cara pembuatan yang sangat sederhana dan menarik dengan buatan tangan sendiri.
Adapun kebudayaan lokal lain di Indonesia yaitu Reog. Pada dasarnya Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Ponorogo, tepatnya di Jawa Timur yaitu sebagai kota asal Reog sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, yaitu sosok orang yang ikkut tampil pada saat Reog ditampilkan. Reog juga salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Dalam pertunjukkan reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong” raja hutan, yang menjadi simbol untuk Ketabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur, mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun-temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Oleh karena itu mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Sedangkan Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini menyimbolkan prnyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring perkembangan zaman, para seniman Bali merubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang” walaupun masih tetap mengandung makna yang sacral religius.
Tarian ini sebenarnya merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan Intensif, tarian ini diajarkan dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Pendet dapat ditarikan oleh semua orang Bali, pria dan wanita, tua maupun yang muda. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Contoh kebudayaan semua itulah yang menjadi salah satu kebudayan asli Indonesia yang dari dulu hingga sekarang masih dilestarikan dan dikembangkan oleh banyak kalangan masyarakat. Dan tidak ada salahnya kita sebagai warga Indonesia turut bangga , karena negara kita telah mempunyai begitu banyak budaya yang beraneka ragam dan menarik


Kamis, 17 November 2016

dongeng

Nama : Damar Amanda Rizky
Kelas  : 1EA03
NPM : 11216670

SI KANCIL DAN SI SIPUT

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.

Siput“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.




SINOPSIS :
Menurut cerita dongen diatas sebaiknya kita tidak boleh sombong seperti si Kancil yang merasa dirinya paling hebat dan merasa paling pintar/cerdik , karena yang kita sombongi itu tidak berarti apa-apa. Jaadilah manusia yang rendah hati seperti si siput yang tidak pernah menyombongkan dirinya sama sekali .
Tokoh :
-         Si Kancil
-         Si Siput
Latar tempat :

-         Hutan

MIND MAPING MANUSIA DAN PENDERITAAN


Selasa, 25 Oktober 2016

MINDMAPNG


ARTIKEL IBD

A. PENGERTIAN  PERIODISASI  SASTRA
Periodesasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode lain.

Periode sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.


B. Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi  
 atas beberapa angkatan:
 Angkatan Balai Pustaka
 Angkatan Pujangga Baru
 Angkatan 1945
 Angkatan 1950 - 1960-an
 Angkatan 1966 - 1970-an
 Angkatan 1980 - 1990-an
 Angkatan Reformasi
 Angkatan 2000-an




1. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar).

Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "Novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

Ciri-ciri puisi angkatan 1920 :

a. Masih mewarisi corak puisi lama mirip pantun dan syair sedangkan sampiran tidak diakui untuk menaikan puisinya lebih intens.
Contoh
. . . .
Bukanlah beta berpijak bunga
melalui hidup menuju makam
Setiap saat disimbur sukar
bermandi darah dicucurkan dendam
. . . .
Dikutip dari  puisi berjudul “Mengeluh” karya Rustam Effendi



b. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi memakai bahasa percakapan sehari hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama.
Contoh:
 . . . .
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah Nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi diatas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia
. . . .
Dikutipan dari puisi karya Muhammad Yamin “INDONESIA TUMPAH DARAHKU”
Ciri-ciri prosa angkatan 1920:
a. Gaya bahasanya mempergunakan perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa.
Contoh:
. . . .
Bukankah telah kukatakan dalam pepatah: Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih? Bukankah setahun telah engkau ketahui untungku, karena engkau telah mendapat mimpi tentang nasibku itu?
. . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988

Dalam kutipan di atas tampak bahwa novel Siti Nurbaya menggunakan gaya bahasa yang mengandung pepatah

b. Alur yang digunakan sebagian besar alur lurus. Namun, ada juga yang mempergunakan alur sorot balik, misalnya Azab dan Sengsara dan Di Bawah Lindungan Ka bah.

c. Teknik penokohan dan perwatakannya menggunakan analisis langsung.
Contoh:
. . . .
Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka; anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa; karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi, nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan tenang, berbayang, bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati; tak mudah dibantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak seorang yang mampu dan tertib sopannya menyatakan ia anak seorang yang berbangsa tinggi.
. . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
Dalam kutipan di atas bentuk fisik Samsulbahri digambarkan secara langsung.

d. Pusat pengisahannya pada umumnya mempergunakan metode orang ketiga. Ada juga roman yang mempergunakan metode orang pertama, misalnya Kehilangan Mestika dan Di Bawah Lindungan Ka bah.
Contoh:
. . . .
Ah, jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan sehari dua bekerja pada ayahmu.
 . . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988

e. Banyak sisipan-sisipan peristiwa yang tidak langsung berhubungan dengan inti cerita, seperti uraian adat, dongeng-dongeng, syair, dan pantun nasihat.
Contoh sisipan pantun:
. . . .
Ke rimba berburu kera,
dapatlah anak kambing jantan.
Sudah nasib apakah daya,
demikian sudah permintaan badan.
. . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988

f. Bersifat didaktis. Sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya. Semuanya ditujukan kepada pembaca untuk memberi nasihat.
Contoh:
. . . .
Ketahuilah olehmu, Samsul, walaupun di dalam dunia ini dapat kita memperoleh kesenangan, kekayaan, dan kemuliaan, akan tetapi dunia ini adalah mengandung pula segala kesusahan, kesengsaraan, kemiskinan, dan kehinaan yang bermacam-macam rupa bangunnya tersembunyi pada segala tempat, mengintip kurbannya setiap waktu, siap menerkam, barang yang dekat kepadanya.
. . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
Isi kutipan di atas memberi nasihat kepada Samsulbahri dan pembaca untuk berhati-hati dalam hidup.
g. Bercorak romantis (melarikan diri) dari masalah kehidupan sehari-hari yang menekan.
 Contoh:
. . . .
Aku masuk jadi bala tentara ini bukan karena apa, hanya karena hendak . . .” di situ terhenti Letnan Mas bercakap-cakap sebagai tak dapat ia mengeluarkan perkataannya . . . ” mencari kematian.”
”Apa katamu?” tanya Van Sta dengan takjub.
”Mencari kematian, kataku,” jawab Mas dengan sedih. Tetapi sekarang belumlah kuperoleh maksudku ini. Rupanya benar kata pepatah Melayu: sebelum ajal, berpantang mati.
. . . .
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Letnan Mas atau Samsulbahri berusaha bunuh diri untuk lari dari masalah yang dihadapinya.

h. Permasalahan adat, terutama masalah adat kawin paksa, permaduan, dan sebagainya.
Contoh:
. . . .
”Yang paling ibu sukai, sudahlah ibu katakan dahulu. Tidak lain hanyalah Rapiah, anak kakak kandung ibu. Yang seibu sebapa dengan ibu hanya Sutan Batuah, guru kepala di Bonjol. Bukan sebuah-sebuah kebaikannya, jika engkau memulangi Rapiah. Pertama, adalah menurut sepanjang adat, bila engkau memulangi anak mamakmu. Kedua, rupa Rapiah pun dikatakan tidak buruk. Ketiga, sekolahnya cukup, tamat HIS. Keempat, ia diasuh baik-baik oleh orang tuanya. Lepas dari sekolah ia dipingit, lalu diajar ke dapur, menjahit, dan merenda. Kelima perangainya baik, hati tulus, dan sabar. Keenam – ah, banyak lagi kebaikannya, Hanafi.
. . . .
Dikutip dari: Salah Asuhan, Abdoel Moeis, Balai Pustaka, Jakarta, 1987
Dari kutipan di atas diketahui masalah kawin paksa yang harus dilakukan oleh tokoh Hanafi.

i. Pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda. Kaum tua mempertahankan adat lama, sedangkan kaum muda menghendaki kemajuan menurut paham kehidupan modern.
Contoh:
. . . .
”Ibu orang kampung dan perasaan ibu kampung semua,” demikian ia berkata, kalau ibunya mengembangkan permadani di beranda belakang, buat menanti tamu yang sesama tuanya.
”Di rumah gadang, di Koto Anau, tentu boleh duduk menabur lantai sepenuh rumah, tapi di sini kita dalam kota, tamuku orang Belanda saja.”
”Penat pinggangku duduk di kursi dan berasa pirai kakiku duduk berjuntai, Hanafi,” sahut ibunya. ”Kesenangan ibu hanyalah duduk di bawah, sebab semenjak ingatku duduk di bawah saja.”
”Itu salahnya, ibu, bangsa kita dari kampung; tidak suka menurutkan putaran jaman. Lebih suka duduk rungkuh dan duduk mengukul saja sepanjang hari. Tidak ubah dengan kerbau bangsa kita, Bu! Dan segala sirih menyirih itu . . . brrrr!”
. . . .
Dikutip dari: Salah Asuhan, Abdoel Moeis, Balai Pustaka, Jakarta, 1987
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa antara tokoh Hanafi dan ibunya terjadi pertentangan paham mengenai letak perabotanyang ada di rumahnya.







2. Periodesasi Pujangga Baru (1930)
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Pada periode Pujangga Baru jenis sastra yang dihasilkan sebagian besar puisi. Selain itu, karya sastra berjenis cerita pendek dan drama sudah mulai ditulis.

A. Puisi
Ciri-ciri puisi periode Pujangga Baru:
a.Puisinya berbentuk puisi baru, bukan pantun dan syair lagi.
b.Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata nan indah.
c.Bahasa kiasan utama ialah perbandingan.
d.Hubungan antarkalimat jelas dan hampir tidak ada kata-kata yang ambigu.
e.Mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tenteram.
f.Persajakan (rima) merupakan salah satu sarana kepuitisan utama.

Contoh:
 
Padamu Jua
. . . .
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu – bukan giliranku
Mati hari – bukan kawanku
 . . . .
Dikutip dari: Nyanyi Sunyi, Amir Hamzah, Dian Rakyat, Jakarta, 1985

Dari puisi ”Padamu Jua” dapat diketahui bahwa puisi angkatan ini bukan termasuk pantun atau syair lagi. Pilihan kata-katanya sangat indah dan diwujudkan dalam rima yang sesuai. Puisi ”Padamu Jua” mengekspresikan perasaan rindu dan cinta kepada sang kekasih. Dalam puisi ”Padamu Jua” terdapat bahasa kias yang berupa perbandingan, seperti serupa dara di balik tirai. Pada puisi ”Padamu Jua” masih mempertahankan persajakan. Persajakan ini dapat dilihat pada setiap baitnya.

B. Prosa
Ciri-ciri prosa periode pujangga baru :
a.Alurnya lurus. Alurnya maju
b.Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung. Deskripsi 
   fisik sudah sedikit.
Contoh:
  . . . .
”Aduh, indah benar.” Dan seraya melompat-lompat kecil ditariknya tangan kakaknya, ”Lihat Ti, yang kecil itu, alangkah bagus mulutnya! Apa ditelannya itu? Nah, nah, dia bersembunyi di celah karang.” Sekalian perkataan itu melancar dari mulutnya, sebagai air memancar dari celah gunung. Tuti mendekat dan melihat menurut arah telunjuk Maria, ia pun berkata, ”Ya, bagus.” Tetapi suaranya amat berlainan dari adiknya, tertahan berat.
. . . .
Dikutip dari: Layar Terkembang, St. Takdir Alisjahbana, Balai Pustaka, Jakarta, 1989

Dari kutipan tersebut dapat diketahui watak Maria yang mudah memuji dan watak Tuti yang tidak mudah kagum atau memuji. Watak Maria dan Tuti dapat dilihat dari percakapan antara Maria dan Tuti.

c. Tidak banyak sisipan cerita sehingga alurnya menjadi lebih erat.
d. Pusat pengisahannya menggunakan metode orang ketiga.
e.Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan, pepatah, dan peribahasa.
f.Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan masyarakat kota, misalnya masalah
   emansipasi, pemilihan pekerjaan, dan masalah individu manusia.
   Contoh:
   . . . .
Dalam sepi yang sesepi-sepinya itulah kedengaran suara Tuti membelah. ”Saudara-saudaraku kaum perempuan, rapat yang terhormat! Berbicara tentang sikap perempuan baru sebahagian besar ialah berbicara tentang cita-cita bagaimanakah harusnya kedudukan perempuan dalam masyarakat yang akan datang. Janganlah sekali-kali disangka, bahwa berunding tentang cita-cita yang demikian semata-mata berarti berunding tentang anganangan dan pelamunan yang tiada mempunyai guna yang praktis sedikit jua pun.
. . . .
Dikutip dari: Layar Terkembang, St. Takdir Alisjahbana, Balai Pustaka, Jakarta, 1989
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa salah satu masalah yang ditampilkan adalah masalah emansipasi wanita.

3. Periodesasi Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang".
Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Pada periode ini berkembang jenis-jenis sastra: puisi, cerpen, novel dan drama. Berikut ini ciri-ciri karya sastra Angkatan 45.

A.Puisi
Ciri-cirinya adalah :
a. Puisi bebas, tidak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan persajakan (rima).
b. Pilihan kata atau diksi mempergunakan kosakata bahasa seharihari.
c. Menggunakan kata-kata, frasa, dan kalimat-kalimat ambigu menyebabkan arti ganda
     dan banyak tafsir.
d. Mengekspresikan kehidupan batin atau kejiwaan manusia melalui peneropongan batin
     sendiri.
e. Mengemukakan masalah kemanusiaan umum (humanisme universal). Misalnya,
     tentang kesengsaraan hidup, hak-hak asasi manusia, masalah kemasyarakatan, dan
     kepincangan dalam masyarakat, seperti gambaran perbedaan mencolok antara
     golongan kaya dan miskin.
f. Filsafat eksistensialisme mulai dikenal.

Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
 Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi                  

 Chairil Anwar, Maret 1943

Puisi ”Aku” tidak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan persajakan. Pada bait pertama terdiri atas tiga baris. Pada bait kedua terdiri atas satu baris. Pada bait ketiga terdiri atas dua baris. Puisi ”Aku” mengekspresikan langsung perasaan penyair. Diksi atau pilihan kata yang digunakan adalah kosakata sehari-hari. Dalam puisi ”Aku” terdapat kalimat-kalimat ambigu yang menyebabkan banyak tafsiran seperti kalimat Aku mau hidup seribu tahun lagi yang berarti penyair benar-benar ingin hidup sampai seribu tahun lagi atau penyair ingin gagasan dan semangatnya diteruskan dari generasi ke generasi walaupun penyair telah meninggal. Hubungan baris dan kalimat pada puisi ”Aku” tidak terlihat, karena tiap-tiap kalimat pada puisi ”Aku” seperti berdiri sendiri. Misalnya, pada bait 1 dan 2 secara kosakata tidak berhubungan. Namun, secara makna bait 1 dan 2 berhubungan. Puisi ”Aku” mengekspresikan kehidupan batin manusia yang tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk hidup bebas. Masalah yang diungkapkan adalah masalah hak asasi manusia untuk bebas dan berpegang teguh pada prinsipnya. Filsafat eksistensialisme mulai tampak dalam puisi ”Aku”. Dalam puisi ”Aku” penyair mulai menghargai keberadaannya meskipun dalam keadaan yang terasing dan tersiksa.

B. Prosa
ciri-cirinya:
a. Banyak alur sorot balik, meskipun ada juga alur lurus.
b. Sisipan-sisipan cerita dihindari, sehingga alurnya padat.
c. Penokohan secara analisis fisik tidak dipentingkan, yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung, melainkan dengan cara dramatik.
d. Mengemukakan masalah kemasyarakatan. Di antaranya kesengsaraan kehidupan, kemiskinan, kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, perbedaan kaya dan miskin, eksploitasi manusia oleh manusia.
Contoh: 
. . . .
Banyak yang ditakutinya timbul. Hari-hari depan yang kabur dan menakutkan. Keselamatan istri dan anaknya. Penghidupan yang semakin mahal. Dan gaji yang tidak cukup. Hutang pada warung yang sudah dua bulan tidak dibayar. Sewa rumah yang sudah dihutang tiga bulan. Perhiasan istrinya dipajak gadai.
. . . .
Dikutip dari: Jalan Tak Ada jung, Mochtar Lubis, Pustaka Jaya, Jakarta, 1990
Dari kutipan tersebut dapat diketahui masalah yang dikemukakan adalah masalah kemiskinan yang dihadapi tokoh utamanya (Guru Isa).

e. Mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal. Misalnya, masalah kesengsaraan karena perang, tidak adanya perikemanusiaan dalam perang, pelanggaran hak asasi manusia, ketakutan-ketakutan manusia, impian perdamaian, dan ketenteraman hidup.
Contoh:
. . . .
Isa berdiri terengah-engah karena sudah tidak biasa berlari lagi. Gadis-gadis Palang Merah itu hendak kembali mengambil orang Tionghoa yang luka, tetapi orang-orang menahan. ”Jangan,” kata mereka, ”ubel-ubel itu tidak peduli Palang Merah.”
. . . .
Dikutip dari: Jalan Tak Ada jung, Mochtar Lubis, Pustaka Jaya, Jakarta, 1990
Dari kutipan tersebut dapat dilihat tidak adanya perikemanusiaan dalam perang. Bahkan, untuk menolong orang yang terluka saja tentara-tentara tetap menembaki anggota Palang Merah.

f. Mengemukakan pandangan hidup dan pikiran-pikiran pribadi untuk memecahkan sesuatu masalah.
Contoh:
. . . .
Guru Isa merasa perubahan dalam dirinya. Rasa sakit siksaan pada tubuhnya tidak menakutkan lagi. . . orang harus belajar hidup dengan ketakutan-ketakutannya . . . . Sekarang dia tah . . . . Tiap orang punya ketakutannya sendiri dan mesti belajar hidup dan mengalahkan ketakutannya.”
. . . .
Dikutip dari: Jalan Tak Ada jung, Mochtar Lubis, Pustaka Jaya, Jakarta, 1990
Dari kutipan di atas diketahui bahwa tokoh Guru Isa mengemukakan pikirannya untuk mengatasi rasa takut dan ia berhasil.

g. Latar cerita pada umumnya latar peperangan, terutama perang kemerdekaan melawan Belanda, meskipun ada juga latar perang menentang Jepang. Selain itu, ada juga latar kehidupan masyarakat sehari-hari.
Contoh:
. . . .
Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang. Selintas masuk ke dalam pikirannya rasa waswas tentang keselamatan istri dan anaknya.
. . . .
Dikutip dari: Jalan Tak Ada jung, Mochtar Lubis, Pustaka Jaya, Jakarta, 1990
Latar kutipan novel Jalan Tak Ada jung menunjukkan latar suasana mencekam karena masih dalam suasana peperangan.

4. Periodesasi Angkatan 1950
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Sesungguhnya ciri-ciri karya sastra Angkatan 45 dan Angkatan 50 sukar dibedakan. Angkatan 45 diteruskan oleh Angkatan 50.
Berikut ini ciri-ciri karya sastra Angkatan 50.

Puisi
a. Gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita dan balada,
     dengan gaya yang lebih sederhana.
Misalnya:
Puisi-puisi karya Rendra, seperti ”Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”, ”Blues untuk Bonnie”, atau ”Nyanyian Angsa”.
b. Gaya ulangan mulai berkembang.
c. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
d. Mengungkapkan masalah-masalah sosial seperti, kemiskinan, pengangguran,
     perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.

Contoh:
Blues untuk Bonnie
Kota Boston lusuh dan layu kerna angin santer, udara jelek.
Dan malam larut yang celaka.
Di dalam cafe itu seorang penyanyi Negro tua bergitar dan bernyanyi.
Hampir-hampir tanpa penonton.
. . . .
Ia bernyanyi.
Suaranya dalam.
Lagu dan kata ia kawinkan lalu beranak seratus makna.
Georgia. Georgia yang jauh.
. . . .
Dikutip dari: Blues untuk Bonnie, Rendra, Pustaka Jaya, Jakarta, 1976
Puisi ”Blues untuk Bonnie” berbentuk balada. Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya gaya ulangan, seperti pada baris kelima. Pada  puisi tersebut kata georgia diulang. Puisi ”Blues untuk Bonnie” menggambarkan suasana muram dan penderitaan kaum Negro yang tinggal di gubug-gubug yang bocor. Masalah yang diungkapkan dalam kutipan puisi di atas adalah masalah kemiskinan yang dihadapi oleh seorang penyanyi Negro tua.

Prosa
Dalam hal prosa (cerita rekaan) rupanya ciri-ciri struktur estetik Angkatan 45 masih tetap diteruskan oleh periode 50 ini hingga pada dasarnya tak ada perbedaan ciri struktur estetik. Pada prosa 1950 cenderung menceritakan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan.
Contoh:
. . .
Tapi heran, ia makan tetap seperti dulu,  seperti dulu zaman Jepang (hanya sekarang ada nasi, benar-benar nasi), seperti dulu ketika zaman perang, seperti dulu ketika masa-masa permulaan ayah baru keluar dari tawanan. Sedikit. Tak banyak lauk.
. . .
Dikutip dari :Di Tengah keluarga, Ajip Rosidi, Balai Pustaka, Jakarta 1975

5. Periodesasi Angkatan 1966
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.

Ciri-ciri puisi pada angkatan 1966 :
1. Berontan  terhadap sistem pemerintahan yang buruk

Contoh puisi :
Kau tertawa diatas kekuasaan
Kau diam dalam tahumu
Apa yang kau kerjakan disana ?
Ribuan rakyat mengeruk sejumput tanah demi hidup
....
Penindasan Para Penguasa “ Kurnia laelasari “

Pada puisi tersebut menunjukkan rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah yang haus akan kekuasaan sedangkan rakyat nya hidup dalam penderitaan .

2. Bercorak perjuangan anti tirani proses politik , anti kezaliman dan kebatilan
Contoh puisi :
Kawan dengarkanlah
Kengerian terlalu lama
Di tanah yang harusnya kita merasa bangga

Bila kau tak bicara
Kita telah menanam dusta
Bukankah menderita adalah kita juga ?

Hey Negeri ???
Kapankah akan berhenti !
Hey Negeri ???
Kapankah mungkin kita akhiri !
 Hey Negeri “ Rindy Wahyu Budi P “

Pada puisi diatas mengajak kita agar membuka mata dan berjuang mengubah kondisi negeri yang kini semakin berantakan.

3. Bercorak membela keadilan
Contoh puisi :
Kau para penjahat berseragam
Lihatlah, para gelandangan kelaparan
Beratapkan langit, beralaskan jalan
Mengais sampah mencari makan
Tak pernah mereka rasakan
Dunia dengan penuh kemewahan
....
 Antara penjahat dan pejabat “ Deta ervita sari “

Puisi diatas bercorak membela keadilan yang ditunjukkan dengan memperlihatkan keadaan masyarakat saat itu yang buruk .

4. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan

Contoh puisi :
....
Tanah air ku , disini kutumpahkan darah ini
Disini dulu kami berjuang hingga mati
Disini dulu kami saling berjuang
Melupakan perbedaan ras, agama dan suku untuk menang
 ....
 Kami disini masih cinta
Kami disini masih sayang
Tanah air ku satu bernama Indonesia
Negeri ku Bhineka tunggal ika
Indonesia Tanah Air Ku “Hurananto”
Pada kutipan bait di atas sangat terlihat jelas rasa nasionalisme yang tinggi
5 Banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok
    sajak balada
Contoh puisi :
....
Dewi Sri akan selalu memberikan butiran-butiran suci
Dan langit akan selalu meneteskan air matanya
Biarkan semua itu
Sebuah berkah yang maha
Agar kita belajar bijaksana
....
 Cara Kita “ Puput Alviani”
 
Pada penggalan puisi diatas yaitu pada bait ketiga baris pertama menyinggung tentang salah satu kepercayaan rakyat Jawa dan Bali yaitu Dewi Sri. Menurut kepercayaan masyrakat Jawa dan Bali dewi Sri adalah dewi pertanian , dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan.
6. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.

Contoh puisi :
Jika kupaksakan dengan peluh jua
Tetap saja hanya untuk makan sehari
Terkadang ingin kuberdiam saja
Melawan suara risau nyanyian perut

Hidup hari ini
Bergantung pada kerja kemaren
Hidup besok
Bergantung pada kerja hari ini
 ....

Demi sesuap saja “ Selvia “

  Puisi tersebut menggambarkan penderitaan seseorang harus bekerja keras hanya untuk mencari sesuap nasi di negeri ini.

7. Mengungkapkan masalah-masalah sosial, kemiskinan , pengangguran, perbedaan kaya
     miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup
Contoh puisi :
Disudut ingar bingar kota diacuhkan
Terasingkan dari kelayakan
Menatap haru hidup di hari esok
Hari untuk menyambung urat nadi
Jiwanya tangguh menerjang badai kemiskinan
Raganya nestapa melawan arus kenyataan
Tak terperi tergerus oleh ketidakadilan
Meraung melawan kenyataan
 ...
Derita Di  Sudut Kota “ Kurnia Laelasari “
Pada penggalan puisi diatas menggambarkan bahwa masyarakat masih banyak yang menganggur dan sulit dalam mencari pekerjaan . Pekerjaan belum merata . Dan perbedaan antara orang kaya dan miskin masih sangat berbeda .

8. Protes sosial dan politik
Contoh puisi :
....
Entah benar , entah salah
Tak ada yang mengira
Ngoceh sana, ngoceh sini
Mengumbar janji tanpa bukti
Kau memang pandai bersilat lidah
Kau pandai juga memutar balik fakta

Dasar tikus politik
Tak tau norma, Tak paham pula agama
Buta mata karena harta
  ....
  Tikus Politik “ Puput Alviani”

Pada puisi di atas menunjukkan adanya sikap pemprotesan akan maraknya korupsi yang ada di Indonesia .
6. Periodesasi Angkatan 1970
Dalam periode ini mulai berkembang sastra pop dan novel pop.
Berikut ini ciri-ciri karya sastra periode Angkatan 1970.
A. Puisi
a. Mempergunakan sarana kepuitisan yang khusus berupa frasa.
b. Mempergunakan teknik pengungkapan ide secara sederhana, dengan kalimat-kalimat biasa atau sederhana.
c. Mengemukakan kehidupan batin religius yang cenderung mistik.
d. Menuntut hak-hak asasi manusia misalnya: kebebasan, hidup merdeka, bebas dari penindasan, menuntut kehidupan yang layak, dan bebas dari pencemaran kehidupan modern.
e. Mengemukakan kritik sosial atas kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah, dan kritik atas penyelewengan.
Contoh:
Solitude
Oleh: Sutardji Calzoum Bachri
yang paling mawar
yang paling duri
yang paling sayap
yang paling bumi
yang paling pisau
yang paling risau
yang paling nancap
yang paling dekap
samping yang paling
kau!
Sumber: Apresiasi Puisi, Herman J. Waluyo, Gramedia, Jakarta, 2002
Pada puisi ”Solitude” kata ‘yang paling ‘ diulang-ulang. Puisi ”Solitude” menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat yang sederhana. Puisi ”Solitude” menunjukkan kesepian hati penyair. Penyair merasa bahwa Tuhanlah segala-galanya dan ditunjukkan dengan kalimat: samping yang paling Kau! Kata Kau! pada puisi ”Solitude” mengacu kepada Tuhan.
Prosa
a.  Alur berbelit-belit.
b.  Pusat pengisahan bermetode orang ketiga.
Contoh:
. . . .
”Tiap langkahnya adalah dia yang ziarah pada kemanusiaan. Pada dirinya sendiri.”
. . . .
Dikutip dari: iarah, Iwan Simatupang, Djambatan, Jakarta, 1976
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa novel iarah menggunakan sudut pandang orang ketiga. Penulis menyebut tokoh utama dengan sebutan ”dia”.
c.  Mengeksploitasi kehidupan manusia sebagai individu, bukan sebagai makhluk
             komunal.
Contoh:
. . . .
”Tiap langkahnya adalah dia yang ziarah pada kemanusiaan. Pada dirinya sendiri.”
. . . .
Dikutip dari: iarah, Iwan Simatupang, Djambatan, Jakarta, 1976
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa penulis hanya mengeksploitasi manusia sebagai makhluk individu yang hanya menghargai keberadaan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kalimat pada dirinya sendiri.
7. Periodesasi Angkatan 2000
Ciri-ciri puisi angkatan 2000:
a.    Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”.
Contoh puisinya :
Nagasari
membuka kulit nagasari
isinya bukan pisang
tapi mayat anak gembala
yang berseruling setiap senja

membuang kulit nagasari
seorang nahkoda memungutnya
dan merobeknya jadi dua
separuh buat peta
separuh buat bendera kapal
(D.Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang, hlm.45)

b. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.
Contoh puisi :
Puisi Perjalanan
Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah nafas para pengemis gelandangan
Jangan dari gedung-gedung besar
Dan lampu gemerlapan

Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
sebab rintihan mereka
tak lagi bisa mengharukan
Emha Ainun Najib
c. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.

Contoh Puisi :
Sembahyang Rumputan
Aku, rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
Inna Sholati wa nusuku
Wa mahyaaya wa mammati
Lillahi Robbil ‘alamin

Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi
Ahmadun Y. Herfanda
d. Penggunaan citraan alam benda.
Contoh puisi :
Bulan Tertusuk Lalang
bulan rebah
angin lelah di atas kandang

cicit kelelawar
menghimbau di ubun bukit
di mana kelak kujemput anak cucuku
menuntun sapi berpasang-pasangan

angin termangu di pohon asam
bulan tertusuk lalang

(D. Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang, hlm 47)

Ciri-ciri prosa angkatan 2000
1. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami
Contoh :
. . .
Berkaitan dengan Alicia yang katanya ingin berbincang seputar islam dan ajaran moral yang dibawanya. Alicia ingin sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di atas metro itu. Aisha memohon dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan baik untuk menjelaskan islam yang sebenarnya pada orang Barat.
. . .
Dikutip dari : Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El-Shirazy, Republika, Semarang, 2004

2. Menggunakan alur campuran
Pada alur cerita Biola Tak Berdawai, terdapat Alur flashback atau sorot balik.

3. Terdapat banyak kritik sosial
contoh:
. . .
“Kita tidak usah menambah beban mereka yang pendek akal, jiwanya kerdil, dan tidak bernyali menghadapi kenyataan.  Kita anggap saja bayi-bayi ini titipan Tuhan, sebelum mereka dipanggil kembali.”
Apakah para pembuang bayi itu orang-orang miskin yang kurang pengetahuan?
. . .
Dikutip dari: Biola Tak Berdawai, Seno Gumira Ajidharma, 2004
Referensi :

Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah denganmenempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar(dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lainseperti seni patung dan seni keramik.Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai,kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra(dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban,nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar,maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dannarasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, danobyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyekyang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangatdipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekorbanteng dibuat dengan proporsitanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukurantanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggaptanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenaisatu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakatdi daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradabanmanusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasangperangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-halyang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek,pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaankhusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan.Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar danmelukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsangpembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambaryang kemudian disederhanakan dan dibakukan.


2.     Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
·       Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
·       Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripadakata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secarasempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalamperkembangan peradaban.



 Seni lukis zaman pertengahan



Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihiryang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis puntidak lagi bisa sejalan dengan realitas.Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulitsekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yangmelarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme(pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda). Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia,perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.

Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerahsemenanjung Italia sekarang.Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmupengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyaksumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains dikota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembalikekuasaan yang dirampas oleh Turki.
Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga EropaTimur.Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagaidampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telahdigantikan kehalusan buatan mesin.Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai olehproduksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan,karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakanterinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:
       Tomassi
       Donatello
       Leonardo da Vinci
       Michaelangelo
       Raphael

Referensi  :


Sabtu, 22 Oktober 2016

TUGAS IBD 1&2


Nama : Damar Amanda Rizky
Kelas : 1EA03
NPM : 11216670






MAKALAH KEBUDAYAAN

I.                   Pendahuluan

1.       Tujuan

Dengan membuat makalah ini, diharapkan pembaca nisa memahami bagaimana arti kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari dan pembaca dapat mengetahui lebih banyak tentang hubungan kebudayaan dengan masyarakat

2.      Pembukaan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk lebih memahami tentang kebudayaan, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


II.                Definisi Kebudayaan

Pengertian kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. 

Menurut Koentjaraningrat yang berpendapat bahwa kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata Budhayah yang merupakan bentuk jaka dari katabudhi, yang berarti akal. Jadi, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk yang tersembunyi dalam masyarakat. Dengan demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma dan kaidah-kaidah adalah merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup. 


III.             HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN

Manusia dan kebudayaan, memang dua hal yang tidak bias dipisahkan, karena kehidupan manusia sangat terikat sekali dengan kebudayaan. Setiap manusia di muka bumi ini memiliki kebudayaannya masing-masing, oleh karena itulah sebuah kebudayaan memiliki keunikan atau ciri khasnya tersendiri.
                Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita

    Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Secara sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia

Contoh-contoh pengaruh kebudayaan
Pengaruh budaya terhadap Masyarakat:
1. Pakaian
            Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura.
2. Model Rambut
            Model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung merasa harus mengikuti trend tersebut jika tidak mau dikatakan ‘jadul’ atau ‘culun’. Pengaruh terbesar adalah model rambut ‘punk’ yang membuat banyak remaja mengikuti model rambut dan gaya hidup orang dengan model rambut tersebut.
3. Kesenian
            Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang.
4. Bahasa Daerah                                                                            
            Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut.

5. Masuknya Budaya Barat
      Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan menggunakan alat-alat teknologi tersebut.

6.Cara berkomunikasi
Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.


IV.              PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.














Nama : Damar Amanda Rizky
NPM   : 11216670
KELAS : 1EA03









1.Edward Burnett Tylor
Edward Burnett Tylor.
Sir Edward Burnett Tylor (2 Oktober 18322 Januari 1917), adalah seorang antropolog yang berasal dari Inggris.
Tylor dikenal melalui jasanya dalam penelitian evolusi kebudayaan. Dalam karyanya Primitive culture dan Anthropology, ia mendefinisikan konteks penelitian ilmiah dalam antropologi, yang didasari dari teori evolusi Charles Darwin. Dia percaya bahwa ada sebuah basis fungsional dalam perkembangan masyarakat dan agama, yang ia anggap bersifat universal.
Ia juga memperkenalkan kembali istilah animisme[1] (kepercayaan terhadap jiwa dan roh-roh nenek moyang) yang ia anggap sebagai sebuah fase awal dalam perkembangan agama.

Kutipan
 Dalam buku “Primitif Culture”, bahwa kebudayaaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.





2. Koentjaraningrat
Prof. Dr. Koentjaraningrat (lahir di Sleman15 Juni 1923 – meninggal di Jakarta23 Maret 1999 pada umur 75 tahun) adalah antropolog Indonesia.
 
Biografi
Ayahnya R.M. Emawan Brotokoesomo, adalah seorang pamong praja di lingkungan Pakualaman. Ibunya, R.A. Pratisi Tirtotenojo, sering diundang sebagai penerjemah bahasaBelanda oleh keluarga Paku Alam. Walaupun anak tunggal, didikan ala Belanda yang diterapkan ibunya membuatnya menjadi pribadi yang disiplin dan mandiri sejak kecil.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Koentjaraningrat
Kutipan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.




3. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYDSuwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Pakualaman2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun;[1] selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakankemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Referensi^
 Ini adalah versi Perguruan Tamansiswa dan Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tokohindonesia.com menyebutkan 28 April 1959 sebagai tanggal wafat.

Kutipan
 Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai


4. Soekmono
Drs. R. Soekmono (lahir di Ketanggungankabupaten Brebes14 Juli 1922 – meninggal di Jakarta9 Juli 1997 pada umur 74 tahun)[1] adalah salah satu arkeolog dari Indonesiadan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983.[2]
Bersama-sama dengan Satyawati Suleiman, Soekmono termasuk dalam arkeolog pertama bangsa Indonesia yang berhasil menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1953 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pak Soek, biasa dipanggil oleh rekan, bawahan, dan mahasiswanya. Bersama-sama dengan Satyawati Suleiman, Soejono, Boechari, Uka Tjandrasasmita, Basoeki dan arkeolog Belanda pada tahun 1954 melakukan ekspedisi ke Sumatera. Dari ekspedisinya itu, ia berpendapat bahwa pada masa Sriwijaya garis pantai Sumatera bagian timur terletak di daerah pedalaman. Di Jambi terdapat sebuah teluk, sedangkan kota Palembang terletak di ujung sebuah semenanjung. Pendapatnya ini terus dipertahankan hingga akhir hayatnya

Referensi


Kutipan
 Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.



5. Parsudi Suparlan
Prof. Dr. Parsudi Suparlan (lahir di Jakarta3 April 1938 – meninggal di CiputatTangerang SelatanBanten22 November 2007 pada umur 69 tahun) adalah seorangantropolog Indonesia. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan, dan multikulturalisme.

Referensi
Kutipan
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya





 6.Mohammad Hatta.
 Siapa yang tidak mengenal salah satu pahlawan atau tokoh Proklamator Indonesia ini bersamaPresiden Soekarno. Sangat bersahaja dan sederhana hingga akhir hayatnya ini itulah sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.
Referensi
Kutipan
Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa






7. Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Ki Mangunsarkoro atau Sarmidi Mangunsarkoro (lahir 23 Mei 1904 – meninggal 8 Juni 1957 pada umur 53 tahun) adalah pejuang di bidang pendidikan nasional, ia dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga tahun 1950.

Referensi
Kutipan
Kebudayaan adalah segala yang merupakan hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya



PEMASARAN INDUSTRI DAN E-COMMERCE

PEMASARAN INDUSTRI DAN E-COMMERCE Pengertian E-Commerce E-commerce merupakan suatu istilah yang sering digunakan atau didengar saat ...