Minggu, 24 November 2019

Salauran Distribusi Industri dan Pemasaran Logistic


Salauran Distribusi Industri dan Pemasaran Logistic


A.    Perbedaan Sifat Saluran Distribusi Indstri

Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantar yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk – produk kepada pembeli. Sedangkan Philip Kotler mengemukakan bahwa “saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang slaing tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Menurut Kotler (1985:3) mendefinisikan saluran distribusi sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Sedangkan Basu Swastha DH (2009:190) mendefinisikan saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Saluran distribusi ini merupakan suatu struktur yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih, dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam perusahaan atau lembaga usaha.
Selain itu, terdapat beberapa factor yang mendorong suatu perusahaan menggunakan distributor yaitu:
1.      Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keuangan terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung
2.      Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena skala ooerasi mereka dengan pengecer dan keahlian khususnya.
3.      Para pengusaha pabrik yang cukup model lebih senang menggunakan dana mereka untuk ekspansi daripada untuk melakukan kegiatan promosi
4.      Pengecer yang menjual banyak sering lebih senang membeli macam – macam barang dari seorang grosir daripada membeli langsung dari masing – masing pabriknya.


B.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saluran Distribusi
Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusi. Menurut Basu Swastha DH (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi saluran distribusi :
1.    Pertimbangan Pasar Saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka keadaan pasar sasaran merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran distribusi. Beberapa faktor pasar yang harus diperhatikan :
a)      Konsumen atau pasar industri
b)      Jumlah pembeli potensial
c)      Konsentrasi pasar secara geografis
d)     Jumlah pesanan
e)      Kebiasaan dalam pembelian

2.    Pertimbangan Barang
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi produk antara lain :
a)      Nilai Unit
b)      Besar dan berat barang
c)      Mudah rusaknya barang
d)     Sifat teknis
e)      Barang standard dan pesanan
f)       Luasnya product line

3.    Pertimbangan Perusahaan Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi perusahaan antara lain :
a)      Sumber pembelanjaan
b)      Pengalaman dan kemampuan manajemen
c)      Pengawasan saluran
d)     Pelayanan yang diberikan oleh penjual

4.    Pertimbangan Perantara Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain :
a)      Pelayanan yang diberikan oleh perantara
b)      Kegunaan perantara
c)      Sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen
d)     Volume penjualan
e)      Biaya

Penentuan Saluran Distribusi

Menurut Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, dan Dadi Andriana (2008) ada beberapa saluran distribusi yang digunakan perusahaan adalah sebagai berikut :
1) Distribusi Eksklusif Distirbusi ini dilakukan oleh perusahaan dengan hanya menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu.
2) Distribusi Intensif Perusahaan berusaha menggunakan beberapa penyalur terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen.
3) Distribusi Selektif Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha memilih suatu jumlah agen dan pedagang besar serta pengecer yang terbatas dalam suatu daerah geografis.

Faktor yang mendorong suatu perusahaan menggunakan distributor, adalah:
1) Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keuangan terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung.
2) Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena skala operasi mereka dengan pengecer dan keahlian khususnya.
3) Para pengusaha pabrik yang cukup model lebih senang menggunakan dana mereka untuk ekspansi daripada untuk melakukan kegiatan promosi.

Pengecer yang menjual banyak sering lebih senang membeli macam-macam barang dari seorang grosir daripada membeli langsung dari masing-masing pabriknya.

C.   Alternatif Saluran Distribusi Beberapa alternatif saluran distribusi yang ada didasarkan pada jenis barang dan segmentasi pasarnya, yaitu :

1)       Saluran distribusi barang konsumsi

a)               Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.

b)      Produsen – Pengecer – Konsumen
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

c)      Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

d)     Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.

e)      Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.

2)      Saluran distribusi untuk barang industry

a)      Produsen – pemakai industri
b)      Produsen – distribusi – pemakai industri
c)      Produsen – agen – pemakai industri
d)     Produsen – agen – distributor industri – pemakai industri

3)      Saluran distribusi untuk jasa

a)      Produsen jasa – konsumen atau pemakai industri
b)      Penyedia jasa – agen – konsumen atau pemakai industri
c)      Penyedia jasa – perantara yang lain – konsumen atau pemakai industry  (Swastha dan Irawan, 2005 : 295)

D.   Fungsi Saluran Distribusi

Saluran distribusi menjalankan pemindahan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Anggota saluran distribusi menjalankan beberapa fungsi pokok yaitu membantu menyelesaikan transaksi dan melengkapi transaksi” (Philip Kotler, 2000).

1.       Informasi
Fungsinya mengumpulkan data, mendistribusikan riset pemasaran serta informasi intelijen mengenai faktor dan kekuatan dalam lingkungan pemasaran yang dibutuhkan untuk merencanakan dan membantu pertukaran.
2.        Promosi
Fungsinya mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi mengenai suatu perusahaan.
3.      Kontak
Fungsinya menemukan dan berkomunikasi dengan calon pembeli.
4.      Penyesuaian
Fungsinya membentuk dan menyesuaikan tawaran dengan kebutuhan pembeli, termasuk aktivitas seperti pembuatan, percetakan, pemotongan dan pengemasan.
5.      Negosiasi
Fungsinya untuk mencapai persetujuan harga dan persyaratan lain dari tawaran sehingga kepemilikan dapat dipindahkan.

E.   Supplay Chain Management
Supplay Chain Management (SCM) adalah sebagai rantai suplai, rantai pasokan, jaringan logistic, atau jaringan suplai adalah sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber – sumber day lainnya yang terlibat secara bersama – sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan.
Menurut Schroeder, Supplay Chain Management(SCM) adalah perencanaan, desain dan control akan aliran informasi dan barang sepanjang supply chain yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dari pelanggan secara efisien untuk masa yang akan datang.
Supplay Chain Management(SCM) adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu lokasi dan aliran kuantitas bahan.
Menurut Burt Dobler Starling, definisi dari Supplay Chain Management adalah antara lain :
1.      Suatu filosfi untuk mengatur keseluruh aliran dari sebuah saluran distribusi mulai dari supplier hingga ke pelanggan,
2.      Suatu pendekatan sistem untuk mengatur keseluruhan aliran informasi barang dan jasa mulai dari supplier bahan baku menuju ke pabrik produsen dan gudang penyimpanan hingga ke pelanggan,
3.      Koordinasi yang sistematik dan strategic dari fungsi – fungsi bisnis tradisional dalam sebuah perusahaan dan antar bisnis dalam sebuah supplay chain, untuk meningkatkan performa jangka panjang dari masing – masing perusahaan pada khususnya dan supplay chain terseut pada umumya.
4.      Meliputi seluruh aktifitas yang berkaitan dengan aliran hulu dan hilir dan perubahan barang dan informasi mulai dari tahap pengambilan bahan baku (extraction), sampai ke pelanggan. Supplay chain manjemen adalah integrasi dari selluruh sktivitas yang meliputi peningkatan hubungan di dalam rangkaian supply chain, untuk mencapai kemampuan bersaing yang dapat dipertahankan(sustainable).
5.      Suatu usaha kaloborasi dari beberapa anggota supplay chain untuk mendisain, mengimpelmentasikan, dan mengatur proses peningkatan nilai secara otomatis untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang sebenarnya.

F.    Manajement logistic
Manajemen logistic adalah fungsi pengintegrasian, yang mengkoordinasikan dan mengoptimalkan semua aktivitas – aktivitas logistic, serta mengintegrasikan kegiatan – kegiatan logistic dengan fungsi – fungsi lain termasuk pemasaran, manufaktur penjualan, keungan dan tteknologi informasi. Manajemen logistic mempunyai fungsi yang lebih berhubungan dengan aliran barang dan jas mulai dari seelum proses operasi produk hingga produk jadi dikirimkan ke konsumen.

G.  Distribusi pemasaran fisik
Menurut Tjiptono , Distribusi fisik adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam jangka waktu tertentu. Perpindahan fisik ini dapat berupa perpindahan barang jadi dari jalur produksi ke konsumen akhir dan perpindahan barang mentah dari sumber ke jalur produksi. Dalam terminologi sederhana, sebuah distribusi adalah pipa atau jalur ke pasar.
Menurut Kotler dan Armstrong, Distribusi fisik adalah tugas yang dilibatkan dalam perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian aliran fisik bahan barang akhir, dan informasi yang berhubungan dari titik asal ke titik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam kondisi untuk mendapatkan laba. Sedangkan menurut Solomon, Marshall, and Stuart , kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk memindahkan barang dari produsen ke pelanggan akhir, termasuk pemrosesan persediaan.
Menurut Sastradipoera (2003: 161) distribusi fisik sebagai satu kegiatan manajemen marketing yang mempunyai tiga buah tujuan utama. Ketiga buah tujuan distribusi fisik tersebut meliputi:
1.      Pemberian pelayanan kepada para pelanggan sebaik dan senyaman mungkin. Pelayanan yang dimaksud mencapai waktu siklis pesanan rata-rata dari rentang waktu dan frekuensi yang cukup memadai.
2.      Menghemat biaya keseluruhan untuk pemberian pelayanan hingga titik minimum yang mungkin. Dengan cara mengurangi hingga mencapai titik minimum pesanan yang dikembalikan. Jika pengembalian pesanan terjadi, mengurangi banyaknya waktu dalam pengiriman barang yang dikembalikan.
3.      Merealisasi rencana laba dengan melaksanakan pelayanan kepada pelanggan dan meminimalkan biaya. Salah satu diantaranya dengan mengurangi sejauh mungkin persen pesanan yang dikirimkan yang berisi barang-barang yang rusak, cacat, atau tidak memenuhi syarat perjanjian dalam pesanan

H.  Analisis Efektifitas Saluran Distribusi
Narus dan Anderson dalam Astrid (2010) menyatakan saluran distribusi juga disebut sebagai rangkaian aktivitas dari produsen ke konsumen dimana pelaksanaannya dilakukan distributor. Saluran distribusi adalah merupakan aliran produk dari perusahaan, distributor, sampai ke pasar sehingga konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Saluran distribusi bertujuan untuk mencapai pasar tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa pasar adalah tujuan akhir dari setiap saluran distribusi. Ada dua kegiatan yang dilaksanakan saluran distribusi, yaitu mengadakan penggolongan dan mendistribusikannya (Astrid, 2010).
Namun Kusumawardhani (2002:81) menggunakan tiga indikator untuk mengukur efektivitas saluran distribusi sebagai berikut:
1. Ukuran lot (menyeluruh), yaitu produk tersedia dengan jumlah sesuai volume yang diinginkan oleh pelanggan. Ini tentu akan sangat menentukan komprehensif pemasaran produk-produk untuk setiap varietasnya.
2. Ketepatan waktu pengiriman, indikasi yang menunjukkan ketersediaan produk di outlet sesuai keinginan pelanggan dalam dimensi waktu yang semestinya. Ini erat kaitannya dengan jaminan ketersediaan produk yang kontinu, sehingga antisipasi keinginan pindah pelanggan pada outlet atau produk akan dapat berfungsi secara optimal.
3. Kecepatan pencarian produk, ini diidentikkan dengan kecepatan atau waktu yang dibutuhkan pelanggan untuk mendapatkan suatu produk, di masa semakin cepat menunjukkan semakin efektif saluran distribusi.


Daftar pustaka:
Kotler, Philip dan Gary Armstrong.1996. PRINCIPLES OF MARKETING SEVENTH EDITION (DASAR- DASAR PEMASARAN). Jakarta: Prenhallindo.
Garside, Annisa Kesy dan Dewi Rahmasan. MANAJEMENT LOGISTIK. 2017. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Arif,Muhammad. 2018. SUPPLY CHAN MANAGEMENT. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Nasution.Aulia Arief.2014. ANALISIS KINERJA PEMASARAN PT ALFA SCORPII MEDAN. Vol 14 No.1.hal: 1-14.
Fadli. Ainur Mansururi, Achmad Fauzi dan Dahlan Fanani.2014. EFEKTIFITAS DISTRIBUSI FISIK DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 7 No.1. hal: 1-10.


Minggu, 17 November 2019

STRATEGI PRODUK DAN PENGEMBANGAN PRODUK


Minggu, 17 November 2019


Strategi Produk

Menurut Philip Kotler ada tiga macam strategi di dalam pengembangan
produk:
a. Strategi peningkatan kwalitas (quality improvement)
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja fungsional produk, daya tahan, keandalan, kecepatan, rasa.
b. Strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement)
Strategi ini bertujuan untuk menambah keistimewaan baru (seperti
ukuran, berat, bahan, kelengkapan tambahan, aksesoris) yang
mempeluas keanekaragaman, keamanan atau kenyamanan produk.
c. Strategi peningkatan gaya (style improvement)
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik astetis suatu
produk, seperti perusahaan memperkenalkan variasi warna, dan
tekstur serta sering merubah gaya kemasan.

 Pengembangan Produk
 Pengertian Pengembangan Produk
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller “pengembangan produk
adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk
baru atau yang dimodifikasi ke segmen pasar yang sekarang. Mengembangkan
konsep produk menjadi produk fisik untuk meyakinkan bahwa gagasan produk
dapat diubah menjadi produk yang dapat diwujudkan”.

Pengembangan produk ini sendiri bukanlah hal yang mudah, karena
dalam pengembangan produk itu sendiri terdapat banyak hambatan baik itu
dari dalam perusahaan ataupun dari luar perusahaan. Tidak sedikit perusahaan
yang mengalami kegagalan dalam mengembangan produknya yang
disebabkan karena perusahaan tersebut tidak dapat memecahkan hambatan hambatan itu.
Kegagalan ini akan mengakibatkan perusahaan tidak berkembang
dalam hal produk yang selanjutnya perusahaan akan tampil dengan produk
yang lama yang kemungkinan besar sudah mengalami kejenuhan di pasar,
karena perusahaan tampil dengan produk lama, maka perusahaan tidak dapat
bersaing dengan pesaingnya yang telah mampu mengembangkan produknya.
Setiap perusahaan menghendaki adanya inovasi dan pengembangan produk,
yang akhirnya menjadi suatu keharusan agar perusahaan tersebut dapat
bertahan hidup atau bahkan lebih berkembang lagi.
Lemahnya inovasi produk dan pengembangan pasar harus segera
diatasi, agar akselerasi perkembangan perusahaan lebih cepat. Inovasi produk
diperlukan agar perusahaan bisa lebih optimal dalam memanfaatkan fenomena
global. Karena itu harus melakukan inisiatif akselerasi luar biasa dalam
pengembangan produk
Keberhasilan sistem perusahaan di masa depan akan banyak tergantung
kepada kemampuan perusahaan menyajikan produk-produk yang menarik,
kompetitif dan memberikan kualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Inovasi produk harus menjadi strategi prioritas bagi perusahaan, sebab inovasi
memiliki peran penting di tengah pasar yang kompetitif, karena itu suatu
prusahaan harus dapat terus melakukan inovasi-inovasi baru.


Pengertian produk baru
Produk baru meliputi produk asli, produk yang ditingkatkan, produk
yang dimodifikai dan merk baru. Alasan dasar perusahaan mengembangkan
produk baru adalah meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.
Dengan adanya perubahan cepat dalam selera, teknologi, dan persaingan,
perusahaan harus mengembangkan arus produk dan jasa baru secara tepat.
Sebuah perusahaan dapat memperoleh produk baru lewat dua cara. Pertama
adalah akuisisi yaitu dengan membeli seluruh perusahaan, paten, atau lisensi
untuk membuat produk perusahaan lain.


 Tujuan pengembangan produk baru
Suatu perusahaan yang melakukan pengembangan terhadap
produknya terlebih dahulu harus menyadari apa tujuan dilakukannya
pengembangan tersebut dan bagaimana proses pengembangan produk
tersebut dilaksanakan sehingga dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
 sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan pengembangan produk yang dilaksanakan oleh perusahaan.
Umumnya tujuan yang ingin di capai dari penciptaan produk baru
Adalah:
a. Untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan
sebagai investor, yaitu dengan menawarkan produk yang lebih baru dari
pada produk sebelumnya.
b. Untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada,
yaitu dengan jalan menawarkan produk yang dapat memberikan jenis
kepuasan yang baru. Bentuknya bisa bertambah terhadap lini produk
yang sudah ada maupun revisi terhadap produk yang telah ada.
4. Tahap-tahap pengembangan produk baru
Program pengembangan produk yang dilakukan oleh perusahaan pada
dasarnya adalah untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Dengan demikian, para eksekutif puncak, khususnya
yangberhubungan dengan program ini, dituntut haruslah benar-benar
mengembangkan dan mengelola produknya dengan sebaik mungkin. Untuk
mencapai hal itu, perusahaan tentuharus mengikuti langkah-langkah dari
pengembangan produk ini secara sistematis. 7 Tahap proses pengembangan
produk:
a. Gagasan produk
Pengembangan produk dimulai dengan pencarian gagasan bagi
produk-produk baru. Para manajer puncak harus mendefinisikan produk
dan pasar yang ingin ditekankanya menyatakan tujuan produk baru itu.
Merek juga harus menyatakan berapa banyak usaha yang harus dicurahkan untuk mengembangkan produk terobosan, memodifikasi produk lama dan
meniru produk pesaing.
b. Penyaringan
Tahap ini dirancang untuk menghilangkan seluruh gagasan produk
yang tidak berhubungan dengan kemampuan atau tujuan perusahaan. Para
perwakilan dari pemasaran, teknis dan produksi harus memberikan input
pada tahap ini.
c. Pengujian konsep
Setelah gagasan disaring, perusahaan menggunakan riset pasar untuk
mendaptkan input dari konsumen tentang manfaat dan harga. Gagasan
yang telah melewati tahap penyaringan kemudian dilanjutkan dengan
membuat konsep serta dilanjutkan dengan mengembangkan konsep produk
tersebut. Pada dasarnya konsumen tidak membeli gagasan dari suatu
produk melainkan konsep dari produk tesebut. Dari berbagai konsep
produk yang ada kemudian dilakukan pengujian yang pada akhirnya di
pilih konsep produk yang paling tepat.
d. Analisis bisnis
Setelah mengumpulkan opini konsumen, Adapun cara mengevaluasi
usulan dengan cara membuat suatu perkiraan tentang tingkat penjualan,
biaya produksi, dan keuntungan yang diharapkan sesuai dengan sasaran
peruahaan. Analisis usaha biasanya selalu berubah-ubah dalam melakukan
perbaikan, jika didapatkan informasi yang baru, sehingga perkiraan yang
dibuat semakin mendekati kebenaran
e. Pengembangan prototipe
Sewaktu perusahaan telah menentukan potensi profitabilitas produk.
Bagian teknik atau riset dan pengembangan akan membuat prototipe.
Prototipe ini dapat menjadi sangat mahal, yang sering kali memerlukan j
peralatan dan pengembangan komponen yang ekstensif.
f. Pengujian produk dan uji pemasaran.
Dengan menggunakan hal-hal yang dipelajari dari prototipe,
perusahaan menjalankan produksi yang terbatas. Kemudian perusahaan
dapat menguji produk tersebut untuk melihat apakah produknya memenuhi
persyaratan kinerja. Jika ya, maka produknya akan dijual pada daerah yang
terbatas. Karena kampanye promosi dan saluran distribusi harus ditetapkan
untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.
g. Komersialisasi
Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan memulai produksi
dan pemasaran berskala penuh. Komersialisasi yang bertahap, yang
bertujuan menyebarkan produk tersebut ke daerah yang semakin luas,
mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi pada
kemampuan produksi awal. Sebaiknya, keterlambatan dalam
komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk
mengeluarkan produk saingan.
Sedangkan menurut Philip Kotler Tahap-tahap pengembangan produk ada
8 diantaranya:7
a. Lahirnya Gagasan (Idea Generation)
b. Penyaringan Ide (Idea Screening)
c. Pengembangan dan pengujian konsep
d. Pengembangan strategi pemasaran (Marketing Strategi Development)
e. Analisis bisnis (Business Analysis)
f. Pengembangan produk (Product Development)
g. Pengujian pasar (Market Testing)
h. Komersialisasi (Commercialization)
Dari dua pendapat di atas, tahap yang di gunakan cenderung sama,
akan tetapi di dalam bukunya Phillip Kotler terdapat 8 tahap pengembangan
produk dan pada bukunya Ricky W. Griffin terdapat 7 pengembangan produk,
perbedaanya terdapat pada Pengembangan strategi pemasaran (Marketing
Strategi Developmen). Pada tahap ini perusahaan melakukan pengembangan
perencanaan strategi, dimana strategi pemasaran lebih dahulu mengalami
penyaringan.
5. Faktor-faktor yang mendorong perusahaan melakukan
pengembangan produk
Ada beberapa faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan
pengembangan produk, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan agar
terlaksananya pengembangan produk yang berhasil. Apabila dalm situasipersaingan yang ketat perusahaan tidak melakukan usaha pengembangan
produk, maka akan menghadapi resiko yang besar, sehingga akan kehilangan
pasar dan pelanggan potensial.
Menurut William J. Stanton, faktor-faktor yang mendorong
perusahaan melakukan pengembangan produk adalah:8
a. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan
terciptanya sarana produksi yang baru untuk dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk membuat dan menyempurnakan produk, sehingga
kualitas produk menjadi lebih baik dan jumlah produksi yang
diperoleh akan dapat ditingkatkan.
b. Perubahan Selera Konsumen
Perubahan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat
perkembangan penduduk, tingkat pendidikan, serta kesetiaan
konsumen terhadap produk yang bersangkutan.
c. Persaingan
Adanya persaingan yang kuat di antara perusahaan yang
sejenis akan menyebabkan perusahaan berusaha untuk selalu
mengembangkan produknya dengan harapan dapat menyaingi
volume produksi pesaing.
d. Adanya Kapasitas Produk Berlebihan
Dengan meningkatkan kapasitas mesin-mesin yang dimiliki
perusahaan, maka perusahaan berusaha untuk menggunakan
kelebihan kapasitas tersebut dengan jalan memproduksi perusahaan.
e. Siklus Hidup Produk yang Pendek
Siklus kehidupan produk yang pendek mendorong
perusahaan untuk terus mengembangkan produknya, sehingga
konsumen tidak bosan dengan produk-produk yang diproduksi
perusahaan.
f. Adanya Keinginan untuk Meningkatkan Laba
Perusahaan mempunyai keinginan untuk memperkuat posisi
produnya di pasar, sera untuk memperluas pasar.
6. Faktor-faktor yang menghambat perusahaan melakukan
pengembangan produk.
Adapun faktor-faktor yan menghambat dalam melakukan
pengembangan produk baru menurut Philip Kotler yaitu:9
1. Kekurangan gagasan mengenai produk baru yang penting di bidang
tertentu. Mungkin hanya ditemukan sedikit cara untuk memperbaiki
beberapa produk dasar.
2. Pasar yang terbagi-bagi: persaingan yang ketat menyebabkan pasar
menjadi terbagi-bagi (market frugmentation). Perusahaan harus
mengarahkan produk baru ke segmen pasar yang lebih kecil, dan
hal ini berarti penjuaan dan laba yang lebih rendah untuk tiap
produk.
3. Kendala sosial dan pemerintah: produk baru harus memenuhi
kriteria seperti keamanan konsumen dan keseimbangan lingkungan.
4. Mahalnya proses pengembangan produk baru: sutau perusahaan
pada umumnya harus menciptakan berbagai gagasan tentang
produk baru untuk menentukan hanya satu produk yang layak
dikembangkan.
5. Kekurangan modal: beberapa perusahaan yang memiliki gagasangagasan yang baik tidak dapat mengumpulkan dana yang
diperlukan untuk melakukan riset dan meluncurkan produk baru.
6. Waktu pengembangan yang lebih singkat: perusahaan-perusahaan
yang tidak dapat mengembangkan produk-produk baru secara cepat
akan berada di pihak yang tidak memiliki keunggulan.
7. Siklus hidup produk yang lebih singkat: ketika suatu produk baru
berhasil, pesaing dengan cepat akan meniru.

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Jilid 1., Ed. VII, Terj. Yohanes Lamarto,
(Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 228
Philip Kotler, Marketing, Jilid 1., Terj. Herujati Purwoko, (Surabaya: Erlangga, 1987),
hal. 219-276

PEMASARAN INDUSTRI DAN E-COMMERCE

PEMASARAN INDUSTRI DAN E-COMMERCE Pengertian E-Commerce E-commerce merupakan suatu istilah yang sering digunakan atau didengar saat ...